Selasa, 22 September 2009

The Journey chapter 2 - sang pencari sejati



Larut malam selepas awan menutupi rembulan
kutuliskan puisi untukmu
terurai indah dari tinta emas yang kusimpan dalam kalbu
terpilih dari untaian kata yang biasa dipakai para bidadari
agar bisa kau mengerti sesederhana sunyi yang mengintip pada malam ini

Larut malam selepas awan menutupi rembulan
Suara gelisahmukah yang masih kudengar dari sini ?
seperti burung burung pagi
yang resah meninggalkan jerami tempat telurnya akan menetas nanti
Suara helaan nafas penantianmukah yang terbawa angin ini ?
bagai saputangan yang terjatuh
yang berharap sang dewi memungut dan membasuh dengan air suci lagi

duhai kau yang mencari sejati
terjagalah sejenak
matikan detik waktumu
dengarlah apa yang akan kukatakan padamu
melalui syair yang tertulis di kampus larut malam
diatas sajadah dan untaian tasbih
sebagai alas bersimpuh yang setia menemani dalam kesunyian hati

duhai kau yang mencari sejati
yang meminum cinta dari telaga bening hati
yang datang dari negeri dengan keajaiban yang tak pernah selesai
telah kau bawa seribu hikmah titipan suci dari buku tulisan ayahanda Rumi
telah kau tawarkan kesejukan yang melebihi sejuknya simphoni embun pagi
telah kau berikan harapan dari kata yang kadang artinya belum kau pahami
bisikan hikmahmu bagai cinta seorang gadis yang membiarkan gerai rambutnya
dibelai lembut angin dan menanti disapa sang pujaan hati
untuk menembangkan keindahan sekuntum bunga
untuk membisikan cahaya diatas kemurnian cinta
untuk mengetuk dan membelai hati yang sempat terluka
duhai kau yang mencari sejati
dirimu telah mengembang keawan
dinanti bagai sayap bidadari..
dicari dalam rindu sepanjang senyuman matahari..
untukmu...
genggamlah kesendirian jiwa sejenak di kamar kalbu yang tersembunyi
karena tahun tahun yang singkat dan halaman buku yang padat
akan menulis betapa engkaulah sebenarnya sang bijak yang dicari...
sehingga akan membuat bumi menyapa pagi harimu
siang memayungi sejati suci cintamu
dan malam membuka singgasana indah untuk lelap tidurmu...

Larut malam selepas awan menutupi rembulan
puisi ini memang tak pernah selesai kubuat untukmu
karena engkaulah sebenarnya sang pencari sejati...
karena engkaulah sebenarnya sahabat yang banyak dinanti

(dan dihadapanmu, puisikupun bak sebutir batu yang tenggelam di lautan tak bertepi...)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar