Senin, 29 April 2013

Gerimis dan sebagian aku




Gerimis selalu datang tiba2 serupa dongeng tentang musim yg tak pernah berbincang ttg keinginannya.
Serpihan airnya serupa kristal yg tak pernah mampu membasahi halaman dan menghilang bersama waktu yg membungkus tanpa pernah memberi jawaban kecuali helaan dalam gigil yg diam.

Sekali waktu, pernah aku yg datang pada gerimis dgn senyum kecil sambil menjinjing sekantung gundah sisa perbincangan2 y
g tak pernah selesai tentang bayang dan kerinduan.

Sekali waktu aku malah berdiri pada gerimis dan menatapnya dalam2 lalu diam tanpa berkata2, menghisap dan merasakan pelan kenikmatan kenangan yg pernah aku berikan padanya diabad yg lewat, lalu berlalu spt seekor kelinci untuk sejenak menghilang bersama sajak2 yg menggantung pada hati.

Sekali waktu aku malah ikut mencair bersama gerimis dan menjadi begitu jujur bahwa aku berusaha melupakan kerinduan2 tentangnya yang kian pekat.

Selebihnya aku hanya melewati gerimis, berpura2 tak punya apa2 tentang kenangan dan menepis basahnya agar tak tersampaikan makna yang berbisik didalamnya

Demikianlan, aku dan gerimis selalu hidup dan saling menilai hal2 yg sangat kecil. Kadang menjadi seperti cermin, seperti tanyamu padaku dalam mimpi:
" Masihkan kenangan tentangku kau simpan dalam dompetmu ? Aku tahu kau terluka dan biarkan aku saja yg merasa perihnya."

Aku tak memerlukan jawaban2 apalagi pertanyaan2.
Karena memang gerimis selalu datang dengan kenangan, kadang berbaju senyum kadang sekedar kristal yg berasal dari kerinduan dan kadang memekat spt airmata.

Dan malam ini,
aku memilih tinggal dimenara yang tinggi.
Menulis berjuta-juta puisi
Sambil memandang gerimis
dan merindukannya
dari jauh.

Sedetik selamanya



bahkan disurat2 yg hanya selesai pada sampulpun
aku tak kuasa menatap wajahmu.
yang terlihat hanyalah pinus-pinus,
tidar dan kesunyian yang kau pinjam dari mataku sendiri.

sesungguhnya, dari semua kepingan2 malam
aku ingin sekali menatapmu, bahkan lebih

Masihkah kau baca




aku selalu ingin menulis puisi untukmu
dengan mata dan hati yang dulu kau larung dalam malam
dengan kerinduan2 yang selalu menyamar jadi hujan 
merubah huruf menjadi daun yang jatuh diluar jendela
mengeja kata lewat lukisan yang tak pernah bisa dibaca 

aku selalu ingin menulis puisi untukmu
masihkan akan kau baca?
karena daun2 masih tetap terjatuh diluar jendela
tetapi angin tak bisa lagi menyampaikan padamu getarnya

Aku



aku merindukanmu sejak abad, sejak langit, sejak bumi
aku mencintaimu sampai jiwa, sampai nafas, sampai tiada
aku mendambamu, melalui doa yang takhenti ..tak henti

Seandainya kita serangga


"Seandainya kita serangga" bisikmu padaku didatar dingin malam.

Ya, seandainya kita serangga
tak ada luka
sebab kau akan terbang
dan aku menghilang

seandainya kita serangga
tak perlu luka
sebab kau akan pulang
dan aku kembali mengelana

Ya, seandainya saja aku serangga
kutulis namamu disemua daun dgn cinta

ABOUT ME

Aku selalu berfikir bahwa sudut2 cakrawala tak pernah berhenti memelukmu 
karena seringnya ia menggeletakanku 
kedalam danau yg bergelimang wangi senyummu 
yg tak pernah habis sejak puluhan bulan cahaya.
Sehingga aku, lelaki yang kerap berlari disebelah kereta 

menjadi sering berhenti tanpa syarat, 
mematung dan terlambat untuk merasa lelah 
serta kerap memandang potret hening yang telah kau bawa pada selamanya.

Dan aku juga selalu berfikir 
bahwa melemparkan semua isyarat kepadamu 
hanya akan meledakkan diriku 
menjadi sinar yang tak bisa sampai jauh 
dan akan mencegat kebeningan yg sdh diprasatikan 
sehingga akhirnya menjadi butir2 keruh 
yg menyumbat disetiap tarikan nafas panjang malam.

Sebenarnya, jauh dikekal yang mengendap, 
aku kerap mencium embun2 pelangi dari biru yang tak pernah kita warnakan 
dan perlahan melepaskan cinta menjadi uap2 kelangit 
untuk jatuh kembali menjadi butir2 hujan menembus tanah pengertian.

Aku dan selamanya aku, melarung gandrungku kesepuluh samudera, 
membiarkan ombak mengumpulkan setatap demi setatap jingga yang ada didirimu 
untuk suatu saat cahaya pagi memahatkannya kembali kedalam hatiku 
dan menjadi rusuk kedalam nafasku.
....
untuk semua cinta yang tak pernah bertanda, 

aku memang mencintai kamu tanpa syarat,
sangat dan selamanya seperti itu

Sore, satu ketika


disebuah sore yang jauh

ketika kaki dan tangan terikat oleh angin
gerimis turun mengucapkan selamat tinggal
pada kelelahan kita berpura-pura menjadi orang asing
dan kekanakan menukar-nukar waktu untuk menjadi sipir penjara
yang tak pernah gugup menulis nama pada secarik tisu putih
kapan dermaga berikut terbuka dan kapal berangkat membawa kita

disebrang, didunia yang ada ada tapi tak tertulis dipeta
kulihat langit bertukar tempat pada alis matamu
menuntun melihat arah senja dan bening layang-layang
kesebuah tempat dimana dimana kerudungmu telah menjadi ngarai
bagi hijau rerumputan dan kelambu untuk semua suci yang
pernah dijanjikan,
kesebuah tanah air tanpa bendera tapi berisi ribuan istana
tempat bahagia menari tanpa bisa berhenti

disini, disebuah sore yang jauh
ketika kaki dan tangan terikat oleh angin
aku ditemukan oleh kegugupanku
tenggelam menukar nukar waktu
disebuah negara kecil
bernama dunia

Jumat, 12 April 2013

Buku kafka milikmu




bersimpuh didepan pelangi
aku menyulam sayap putus
dipunggungmu,
berharap suatu saat, 
ketika bumi makin meminang alpa 
dan matahari telah redup tergelincir pada lupa,
kau terbang menjengukku,
mengingatkan
bahwa aku tetap ada,
didalam buku kafka 
milikmu,

Padamu



aku merindukanmu sejak abad, sejak langit, sejak bumi
aku mencintaimu sampai darah, sampai nafas, sampai jiwa
aku mendambamu, 
lewat doa yang takhenti 
hingga tiada

Masihkah kau baca ?



aku selalu ingin menulis puisi untukmu
dengan mata dan hati yang dulu kau larung dalam malam
dengan kerinduan2 yang selalu menyamar jadi hujan 
merubah huruf menjadi daun yang jatuh diluar jendela
mengeja kata lewat lukisan yang tak pernah bisa dibaca 

aku selalu ingin menulis puisi untukmu
masihkan akan kau baca?
karena daun2 masih tetap terjatuh diluar jendela
tetapi angin tak bisa lagi menyampaikan padamu getarnya

Rabu, 03 April 2013

Seandainya kita serangga


"Seandainya kita serangga" bisikmu  didatar dingin malam.

Ya, seandainya kita serangga
tak ada luka
sebab kau akan terbang
dan aku menghilang

seandainya kita serangga
tak perlu luka
sebab kau akan pulang
dan aku kembali mengelana

Ya, seandainya saja aku serangga
kutulis namamu disemua daun dgn cinta