Jumat, 31 Mei 2013

The Soul


Disebuah senja tempat sirna menggantungkan baju2 kehadiran kini telah menjadi tapal batas antara kata yang diperbuatkan dan keterikatan waktu yg terus memegang untai kain perjalanan. Selalu ada jawab dari semua kekelaman dan juga selalu ada tanya  ketika cahaya menitiskan terangnya kedalam jiwa. 
Apa yang kau ketahui tentang waktu, ujarmu saat itu. Apa yang kau minta dalam waktu, tanyamu kemudian.
Aku tidak bisa menjawab semua tanyamu karena kau juga tercipta dari buluh buluh bathinku yang merenda kembar didalam jiwa. Aku memanggilmu dengan nama kecilku sendiri atau terkadang dengan nama yang hanya aku sebutkan untuk diriku sendiri. Sehingga akupu kerap mengembalikan tanyamu kepada jiwa yang sebenarnya milikku.
Yang bisa aku katakan padamu adalah aku tidak tahu apa2 tentang waktu, ajari dan berjalan sajalah bersamaku. 
Karena musim yang dibuat matahari dan rembulan selalu ada walaupun akhirnya selalu juga lenyap dipijak oleh kaki kehidupan kita sendiri. Jadi yang kubutuhkan adalah bagaimana aku berjalan. bukan segala timpang tanduk buih pertanyaan.
Seperti senja saat ini yang telah menjadi tempat sirna menggantungkan baju2 kehadirannya, selalu saja ada. Bahkan ia ada sebelum aku diciptakan dan tetap ada jika aku tiada.
Coret aku dari daftar philosofis atau pujangga yang kaya dengan kata bersyarat sehingga orang hanya menggangguk tanpa kata2nya dimengerti jiwa. Karena kata2ku adalah kata2mu juga dan kata2 dia yang juga ada kalbu. Kemengertiankulah yang membawa segala pustaka ini akhirya seperti jembatan yang bisa diseberangi jika kau dan aku membuka mata hati.
Dan seperti lahirnya serbuk2 pijar diantara buluh padi yang akhirnya menguning dan dipetik petani, ajari dan berjalan sajalah bersamaku. Dan biar aku yang bertanya padamu.



Senin, 27 Mei 2013

PETA


Pagi ini aku membuat peta tentang diriku sendiri, melukis lukis langit yang tertanam adalam benakku dengan warna yang kuambil dari pelangi di jiwaku  yg berdetak  tatkala aku akan melangkahkan kaki membuka pintu2 dikehidupan hari ini.
Tak banyak yang aku gambarkan, hanya segumpal awan yang berisi harapan-harapan sederhana dan semua itu aku suguhkan lewat kebeningan pagi yang membersit kala aku hirup udaranya
Aku tak sempat berfikir bahwa lukisanku itu nanti akhirnya hanya menjadi sekedar angan2 yang menguap seperti berjuta2 embun didedaunan dini hari yg akhirnya terhisap terik dan hanya membekas basah meninggalkan jejak bahwa pernah ia singgah. 
Aku hanya berharap lukisanku menjadi peta yang pasti aku lalui hari ini. 
Tak ada yang istimewa tentang petaku bagimu atau bagi orang lain. Tapi peta itu  begitu istimewa bagiku. Napas dan langkahku ada disana, juga menjadi bagian dari napas dan langkah orang2 yang aku sayangi.
Aku akan menjadi lemas dan merasa tak berdaya jika akhirnya lukisanku itu benar2 hanya serupa embun.
Mungkin aku akan menangis, paling tidak bathinkulah yang menitikkan kesedihan2 itu.
Karena lewat peta itulah aku nanti akan meniti hari, dan lewat peta itulah langkahku menjalani kehidupan ini

Selasa, 21 Mei 2013

Waiting


Setiap saat aku selalu melihat ponsel ini. 
Berharap ia akan berbunyi dan ada namamu di sana. 
Diantara gigil yg berkepanjangan, diam2 aku berusaha menyusun rencana-rencana yang tak pernah selesai untuk menjawab sedingin mungkin sapamu nanti
Mereka-reka semua kata yang nantinya akan kuucapkan 
dan menyusun kalimat seakan aku tak pernah menanti sapa darimu.
:Tetapi tak ada bunyi.
Aku sekali lagi memandang ponsel ini. 

Berharap kau memecahkan resah dalam satu kali deringan, dalam satu kali bib saja.
Setidaknya ada pesan pendek atas namamu sekali saja terkirim , 

yg bisa meredakan bisu membebaskan penantian2 lirihku.
Maka bersama angin aku berjalan mengiring jeri, ketempat2 yang paling rindu. 
membunuh kenangan berkali2, menyekap bathin 
dan memilin2nya menjadi puisi yang paling setia pada sunyi.

Lalu berbisik pada hati,… selamat ulang tahun diriku….

(menit diusia tahun inipun akhirnya berlalu, kali ini tanpa sapamu,)

Kamis, 16 Mei 2013

Rose inspiring me 2



selalu ada yg tak sanggup aku kisahkan
ketika asa menjadi semakin samar,
lalu perlahan angin membakar ilalang2 yg pernah tumbuh dipunggung kita

selalu ada yg tak sanggup aku kisahkan
ketika kenangan menjadi semakin terurai
lalu ribuan puisiku terbaring diatasnya

selalu ada yg tak sanggup aku kisahkan
ketika kita menjadi keindahan sekaligus kepahitan
lalu gerimis datang menjahit pamit yg tak sempat diucapkan

kita pernah menakjubkan dari semua perumpamaan

Pustaka Jiwa


ini leherku,
ambil dan katakan
siapa 
yg mengutusmu

aku memang bukan Bima
tapi cintaku lebih kuat dari cintanya

Janji




Demi kasih yg memeluk jiwa-jiwa dan menuangkannya dalam gelas kerinduan..
aku mohon padamu, berjanjilah..
Demi rahasia yg mengisi rongga-rongga dada..
aku mohon padamu, bersumpahlah..
Demi kehormatan yang melingkupi kehidupan ini..
berjanjilah...
Demi segala cinta yg mengusap jiwa dan menjadikannya kemilau cahaya..
bersumpahlah...
Bahwa ketika layar lebar terangkat,
Dan aku datang kembali bersama angin...
Kau telah berdiri,
...menunggu... 

rose inspiring me




sekali lagi, 
ini tentang strategis wangimu yg menari2 dihidupku
juga tentang senyummu yg menjadi doa disepertiga malamku
jadi sekali lagi..
ini memang tentang iya bahwa aku ingin menyaksikan bahagiamu, 
disetiap nafas hidu
pku

Senin, 29 April 2013

Gerimis dan sebagian aku




Gerimis selalu datang tiba2 serupa dongeng tentang musim yg tak pernah berbincang ttg keinginannya.
Serpihan airnya serupa kristal yg tak pernah mampu membasahi halaman dan menghilang bersama waktu yg membungkus tanpa pernah memberi jawaban kecuali helaan dalam gigil yg diam.

Sekali waktu, pernah aku yg datang pada gerimis dgn senyum kecil sambil menjinjing sekantung gundah sisa perbincangan2 y
g tak pernah selesai tentang bayang dan kerinduan.

Sekali waktu aku malah berdiri pada gerimis dan menatapnya dalam2 lalu diam tanpa berkata2, menghisap dan merasakan pelan kenikmatan kenangan yg pernah aku berikan padanya diabad yg lewat, lalu berlalu spt seekor kelinci untuk sejenak menghilang bersama sajak2 yg menggantung pada hati.

Sekali waktu aku malah ikut mencair bersama gerimis dan menjadi begitu jujur bahwa aku berusaha melupakan kerinduan2 tentangnya yang kian pekat.

Selebihnya aku hanya melewati gerimis, berpura2 tak punya apa2 tentang kenangan dan menepis basahnya agar tak tersampaikan makna yang berbisik didalamnya

Demikianlan, aku dan gerimis selalu hidup dan saling menilai hal2 yg sangat kecil. Kadang menjadi seperti cermin, seperti tanyamu padaku dalam mimpi:
" Masihkan kenangan tentangku kau simpan dalam dompetmu ? Aku tahu kau terluka dan biarkan aku saja yg merasa perihnya."

Aku tak memerlukan jawaban2 apalagi pertanyaan2.
Karena memang gerimis selalu datang dengan kenangan, kadang berbaju senyum kadang sekedar kristal yg berasal dari kerinduan dan kadang memekat spt airmata.

Dan malam ini,
aku memilih tinggal dimenara yang tinggi.
Menulis berjuta-juta puisi
Sambil memandang gerimis
dan merindukannya
dari jauh.

Sedetik selamanya



bahkan disurat2 yg hanya selesai pada sampulpun
aku tak kuasa menatap wajahmu.
yang terlihat hanyalah pinus-pinus,
tidar dan kesunyian yang kau pinjam dari mataku sendiri.

sesungguhnya, dari semua kepingan2 malam
aku ingin sekali menatapmu, bahkan lebih

Masihkah kau baca




aku selalu ingin menulis puisi untukmu
dengan mata dan hati yang dulu kau larung dalam malam
dengan kerinduan2 yang selalu menyamar jadi hujan 
merubah huruf menjadi daun yang jatuh diluar jendela
mengeja kata lewat lukisan yang tak pernah bisa dibaca 

aku selalu ingin menulis puisi untukmu
masihkan akan kau baca?
karena daun2 masih tetap terjatuh diluar jendela
tetapi angin tak bisa lagi menyampaikan padamu getarnya

Aku



aku merindukanmu sejak abad, sejak langit, sejak bumi
aku mencintaimu sampai jiwa, sampai nafas, sampai tiada
aku mendambamu, melalui doa yang takhenti ..tak henti

Seandainya kita serangga


"Seandainya kita serangga" bisikmu padaku didatar dingin malam.

Ya, seandainya kita serangga
tak ada luka
sebab kau akan terbang
dan aku menghilang

seandainya kita serangga
tak perlu luka
sebab kau akan pulang
dan aku kembali mengelana

Ya, seandainya saja aku serangga
kutulis namamu disemua daun dgn cinta

ABOUT ME

Aku selalu berfikir bahwa sudut2 cakrawala tak pernah berhenti memelukmu 
karena seringnya ia menggeletakanku 
kedalam danau yg bergelimang wangi senyummu 
yg tak pernah habis sejak puluhan bulan cahaya.
Sehingga aku, lelaki yang kerap berlari disebelah kereta 

menjadi sering berhenti tanpa syarat, 
mematung dan terlambat untuk merasa lelah 
serta kerap memandang potret hening yang telah kau bawa pada selamanya.

Dan aku juga selalu berfikir 
bahwa melemparkan semua isyarat kepadamu 
hanya akan meledakkan diriku 
menjadi sinar yang tak bisa sampai jauh 
dan akan mencegat kebeningan yg sdh diprasatikan 
sehingga akhirnya menjadi butir2 keruh 
yg menyumbat disetiap tarikan nafas panjang malam.

Sebenarnya, jauh dikekal yang mengendap, 
aku kerap mencium embun2 pelangi dari biru yang tak pernah kita warnakan 
dan perlahan melepaskan cinta menjadi uap2 kelangit 
untuk jatuh kembali menjadi butir2 hujan menembus tanah pengertian.

Aku dan selamanya aku, melarung gandrungku kesepuluh samudera, 
membiarkan ombak mengumpulkan setatap demi setatap jingga yang ada didirimu 
untuk suatu saat cahaya pagi memahatkannya kembali kedalam hatiku 
dan menjadi rusuk kedalam nafasku.
....
untuk semua cinta yang tak pernah bertanda, 

aku memang mencintai kamu tanpa syarat,
sangat dan selamanya seperti itu

Sore, satu ketika


disebuah sore yang jauh

ketika kaki dan tangan terikat oleh angin
gerimis turun mengucapkan selamat tinggal
pada kelelahan kita berpura-pura menjadi orang asing
dan kekanakan menukar-nukar waktu untuk menjadi sipir penjara
yang tak pernah gugup menulis nama pada secarik tisu putih
kapan dermaga berikut terbuka dan kapal berangkat membawa kita

disebrang, didunia yang ada ada tapi tak tertulis dipeta
kulihat langit bertukar tempat pada alis matamu
menuntun melihat arah senja dan bening layang-layang
kesebuah tempat dimana dimana kerudungmu telah menjadi ngarai
bagi hijau rerumputan dan kelambu untuk semua suci yang
pernah dijanjikan,
kesebuah tanah air tanpa bendera tapi berisi ribuan istana
tempat bahagia menari tanpa bisa berhenti

disini, disebuah sore yang jauh
ketika kaki dan tangan terikat oleh angin
aku ditemukan oleh kegugupanku
tenggelam menukar nukar waktu
disebuah negara kecil
bernama dunia

Jumat, 12 April 2013

Buku kafka milikmu




bersimpuh didepan pelangi
aku menyulam sayap putus
dipunggungmu,
berharap suatu saat, 
ketika bumi makin meminang alpa 
dan matahari telah redup tergelincir pada lupa,
kau terbang menjengukku,
mengingatkan
bahwa aku tetap ada,
didalam buku kafka 
milikmu,

Padamu



aku merindukanmu sejak abad, sejak langit, sejak bumi
aku mencintaimu sampai darah, sampai nafas, sampai jiwa
aku mendambamu, 
lewat doa yang takhenti 
hingga tiada

Masihkah kau baca ?



aku selalu ingin menulis puisi untukmu
dengan mata dan hati yang dulu kau larung dalam malam
dengan kerinduan2 yang selalu menyamar jadi hujan 
merubah huruf menjadi daun yang jatuh diluar jendela
mengeja kata lewat lukisan yang tak pernah bisa dibaca 

aku selalu ingin menulis puisi untukmu
masihkan akan kau baca?
karena daun2 masih tetap terjatuh diluar jendela
tetapi angin tak bisa lagi menyampaikan padamu getarnya

Rabu, 03 April 2013

Seandainya kita serangga


"Seandainya kita serangga" bisikmu  didatar dingin malam.

Ya, seandainya kita serangga
tak ada luka
sebab kau akan terbang
dan aku menghilang

seandainya kita serangga
tak perlu luka
sebab kau akan pulang
dan aku kembali mengelana

Ya, seandainya saja aku serangga
kutulis namamu disemua daun dgn cinta

Jumat, 08 Maret 2013

Sore< satu ketika



disebuah sore yang jauhketika kaki dan tangan terikat oleh angingerimis turun mengucapkan selamat tinggalpada kelelahan kita berpura-pura menjadi orang asingdan kekanakan menukar-nukar waktu untuk menjadi sipir penjarayang tak pernah gugup menulis nama pada secarik tisu putih
kapan dermaga berikut terbuka dan kapal berangkat membawa kita

disebrang, didunia yang ada ada tapi tak tertulis dipeta
kulihat langit bertukar tempat pada alis matamu
menuntun melihat arah senja dan bening layang-layang
kesebuah tempat dimana dimana kerudungmu telah menjadi ngarai
bagi hijau rerumputan dan kelambu untuk semua suci yang
pernah dijanjikan,
kesebuah tanah air tanpa bendera tapi berisi ribuan istana
tempat bahagia menari tanpa bisa berhenti

disini, disebuah sore yang jauh
ketika kaki dan tangan terikat oleh angin
aku ditemukan oleh kegugupanku
tenggelam menukar nukar waktu
disebuah negara kecil
bernama dunia

kapan dermaga berikut terbuka dan kapal berangkat membawa kita
disebrang, didunia yang ada ada tapi tak tertulis dipetakulihat langit bertukar tempat pada alis matamumenuntun melihat arah senja dan bening layang-layangkesebuah tempat dimana dimana kerudungmu telah menjadi ngaraibagi hijau rerumputan dan kelambu untuk semua suci yangpernah dijanjikan,kesebuah tanah air tanpa bendera tapi berisi ribuan istanatempat bahagia menari tanpa bisa berhenti
disini, disebuah sore yang jauhketika kaki dan tangan terikat oleh anginaku ditemukan oleh kegugupankutenggelam menukar nukar waktudisebuah negara kecilbernama dunia

Selasa, 19 Februari 2013

Jejak



ketika huruf dan kata telah menjadi begitu purba 
untuk dapat menari di atasnya
dan puisi tak lagi mempunyai sayap untuk didirikan,
aku pergi
menempuh ribuan mil kata-kata
bersama peta yang setiap halamannya hanya putih berbaris-baris
dan matapena yang tidak bosan menancap dijantung malam
agar puisi ini kau bisa kau baca dan mengerti
serta sampai dijiwamu

karena sesungguhnya,
aku belum pernah menjadi kekasih yang baik
untuk huruf dan kata
yang kutulis hanyalah kumpulan kenangan
tentang jejak sepatu
dan caramu yang selalu baik memandang diriku
serta cemasnya langit
karena aku terlalu mencintai dirimu

suatu saat,
ketika huruf dan kata kembali menjadi milikku
dan puisi telah menjadi kepak sayap merpati
yang membuat cahaya tersenyum seperti waktu itu
aku akan kembali
:membawa dirimu

From Melancholia

diantara tajamnya kenangan 
tentangmu 
dan pelangi yang berpayung hujan,
setitik demi setitik bingkaimu menghilang
tak lagi memotret hening
yg seperti biasa,
kubawa pada selamanya

untuk sebuah cinta dari sebuah jendela yg tak bertanda 
sayapkupun membuka
memeluk sejarah embun
bergelimang bayangmu yg tersisa
lalu terbang,
menjadi samadi-samadi di puluhan bulan cahaya


(demi sinar yang bisa sampai jauh
dan perpustakaan kata2 dari huruf yang dilupakan
kangen ini menjadi kerikil2 diudara,
berpuluh menit menimpuk2 diriku
tanpa aba2)

Sesederhana mimpi



maka mengalirlah malam
terurai lewat hujan yg memeluk batu batu
menyelundupkan tanya, 
sesederhana mimpi 
....berapa umur hatimu ?

Serpihan kertas yang tak lepas


Ribuan detik dari purnama yg berlalu,
aku terus menulis puisi2 
tentang camar yang mencintai laut lepas 
tentang senja menenggelamkan matahari.
tentang karang, 
tentang dirimu dan istana pasir yg kubuat, lewat jejak yg menahan ombak menggelombang dipantaimu.

Pada kertas2 yg kerap tumbuh diasuh abad dan selalu tersisa diujung dua pertigamalam waktu
aku tulis getar yg menumpahkan ribuan kata2 yg tak sempat terucap dan tersimpan rapi disudut kalbu
aku lukis biru pada nadi2 sungai dan berharap nantinya akan merambat bermuara dihatimu
aku titipkan bayang tentang kaki yang pernah menapak bersisian dan mata yang saling diam menahan butiran airnya jatuh, membasahimu.

Ribuan detik dari purnama yg berlalu,
sudahkah engkau dpt semua pesanku ?
Karena demi ketulusan langit yang menjadi payung bagi setiap pelangi dan kesetiaannya menjadi sahabat yang memeluk bumi,
aku sering tak sanggup lagi
menahan bayanganmu dipelupuk jiwa, bidadari........ 


21 Des 2012

Bening


Rasakan saja semuanya, 
demikian bisik sang hati. 
segala amarah ataupun asmara, 
kerinduan atau pedih, 
segalanya akan indah jika kau berada di waktu yg tepat 
dan dijalan yg memang diperuntukkan buatmu. 
Dan inilah hatiku, 
Bening. 
Apa adanya

Kau



Kau, tetap matahari pagi, embun, jingga, dan sejuta warna kupu2
Tetap bidadari yang menarikan seluruh tari kebajikan untukku. 
Tetap memahatkan cinta yang menggigil dalam kalbu..

Sampai kapanpun,
Sampai kapanpun, selamanya aku

Sesiang terakhir


sesiang terakhir,
aku mengusap langit 
dan melukis lagi dirimu,
disana...

lewat waktu,
tintaku tak bisa habis
....... 
tak 
akan 
pernah
bisa
habis,
.........
untuk melukis bayanganmu,
disana

Satu ketika

  

Demikianlah, malam dan hujan selalu memberikan kerinduan yang baru,
Merepih pada pintu, 

kayu2 dermaga yg lapuk, 
jubah ombak 
dan gemerincing sisik ikan yg terperangkap dikapal nelayan tanpa kenangan...



Pada langit yg jatuh krn butiran gerimis, 
kau mendekap malam 
dan memintalnya menjadi rambut2 rakaat, 
menjelaskan bahwa sepi akan selalu setia memberi nama
pada cinta yang manis yg bersembunyi didalam kerinduan2 yang ajaib.
Membuat tangan dijiwamu terulur ke arah jendela, 

menjadi sungai 
dan pulang kembali kedanau 
tempat bulan bertapa memanggil2 nama pemiliknya yg baik hati.

Demikianlah, malam dan hujan selalu menuliskan keindahan2 yang baru.
Menjelaskanmu pada keluasan makna dua sahabat 

yg berjumpa di pertemuan dua buah sungai, bulan yang terbelah dua dan batu keras yang tiba2 memancarkan air, 
serta riuh kapak ditangan kekar sang Nabi yg membilah pepohonan menjadi perahu.

Pada langit yang jatuh karena butiran gerimis, 

sapu tangan dijiwamu terjatuh basah karena air mata.
Terangkum menjadi segelas nafas hari 

yg setiap pagi akan kau hidangkan, 
dengan tangan gemetar 
karena cinta yg ajaib tak pernah bisa diungkapkan.