Minggu, 07 Oktober 2012

Salinan yang tertinggal, untukmu




Hidup,
seperti berlayar dilautan lepas tanpa pantai. Kadang engkau tenang mengarungi jinak gelombang, dilain waktu terhentak hentak diserang badai yang mengetarkan.
Tak jarang engkau terhempas dari perahumu, lalu berjuang berenang menuju biduk kecil 
yang dilemparkan dari perahu demi menolong jiwamu.

Hari ini,
Seorang bijak mengatakan kepadaku, jika kau terhempas, jatuh dari lautan kehidupanmu. Berdirilah lagi lalu berjalanlah menuju badai yang memang datang khusus dibuat untuk menghadangmu.
Badai itu takkan pergi, karena memang ia diperuntukkan buatmu. Yang harus kau lakukan adalah berdiri dan jalanlah tanpa berfikir engkau akan jatuh lagi nanti. Apapun yang kau lakukan, jika engkau tetap bergerak melangkah, maka kau mendapatkan dirimu sdh berada beberapa jarak didepan dari tempat dirimu terdiam.
Dan jika engkau terhempas jatuh, maka sejogyanya itulah titik nol dirimu. sadarilah.
Menyadari diri untuk bergegas berjalan dan ikhlas untuk mulai dari awal lagi adalah langkah kecil pertama yang bisa mendatangkan langkah besar lainnya, sehingga badaipun bisa kau lalui dengan sempurna.

Rabu, 03 Oktober 2012

Terhempas



sekarang katakanlah dengan jujur, 
seperti kejujuran menara laut yang menjadi lampu bagi sunyi pantai 
seperti  kejujuran benang pelangi yang turun dari langit lalu melilit ditiap abad bumi. 
.......Sudahkah kau tenggelamkan masa lalu itu  
tanpa menyudahi lumpur yang yg membeku didiriku?

karena mungkin kau tak pernah bisa merasakan serindu petani pada matang padi, 

yang menjadikan malam dan siang tanpa arti kecuali mimpi
karena mungkin kau tak mau melihat letihnya hati
yang berbagi pada angin untuk bisa melepas diri 
karena mungkin kau tidak merasakan perihnya daun yang memaksa lepas dari ranting
yang menghempaskan getah untuk disucikan oleh bening danau

jadi, bisakah kuminta saja padamu keajaiban ?
seperti ajaibnya hujan yang turun tanpa ada yang menjanjikan 
agar memulangkan hati ini ke negeri dimana kita tak bisa ingat kapan kita bertemu, 
atau tolonglah mainkanlah bola lampu gipsy
dimana masalalu bisa dilipat jadi kertas tanpa warna
dengan dermikian mungkin kita ini bisa menjadi cerita yang tak perna ada
yang tergambar dalam butiran huruf tanpa tanda
tanpa kenangan
tanpa kata kata










Contempo hati



Aku membaca ketidakhadiranmu 
lewat sekawanan burung yg bertengger didepan pagi 
lewat bunga-bunga yang menutup kembangnya 
serta kesunyian zhuhur di mushala basement siang hari.

Aku membaca kepergianmu 

lewat tembang2 yg bersemi tak pernah mati
lewat bintang2 di subuh yang terkadang jatuh di fajar bumi
serta untaian sapa yang tak terucap lidah tapi terdengar oleh hati

Aku membaca betapa jauhnya dirimu
lewat puisi yang disebarkan oleh sepi
yang dibungkus kenangan
serta diulang-ulang oleh mimpi
lalu diam2 disembunyikan oleh kesadaran
dan dinyanyikan lagi oleh dalamnya hati,

aku membaca bayangan tentangmu
lewat kertas2 yang tersimpam di sel-sel kelabu diri
yang berisi tatapan luka dari lautan tanpa tepi
yang kini mengalir jadi kerinduan...


tanpa arti, tanpa
arti