Minggu, 26 Juni 2011

Pagi


tanpa kusadari,
detik berlalu malam ini
matahari merambat malambaikan cahaya
sinari jemari timur yang dingin diselimuti embun kenangan 
dan berjuta mimpi tentang kehidupan

suara sapa kenari, kicau pagi ini
memaksaku membuka daun jendela
menyibakkan hati 
singkirkan gelisah dari desa-desa amarah
dan harapan berulang tanpa jawab
dari pundak lembah kata maaf... tadi malam

genta genta berdentanglah
gunung gunung berdoalah
biarkan anak anak kecil bangun dan menari
menuai kaki dirumpun yang berembun
dan berkilau dicahaya mentari pagi

mimpi mimpi pulanglah
syair syair menarilah
biarkan semerbak bunga melambai dan bersemi
memadu kasih disepoi angin
menghiasi harum dihati orang orang
yang telah lama lupa tersenyum ini

tanpa kusadari
detik berlalu malam ini,
mataku penat tuan...
wajahku pucat pasi...
tapi hatiku tetaplah hati penyair
penuh sapa cahaya dan kelembutan doa warisan diri
walau terkadang gulita menjerat
karang menggelayut....
jiwaku tetap akan berseri dan lembut lagi....

tanpa kusadari
detik berlalu malam ini,
harapku ada karena sapamu
tapi akankah rasaku dapat dimengerti ?
duhai...
janganlah menjadi bidadari 
yang terkelungkup 
karena tak bisa menahan canda diri....

Bukan janji



Pohon itu  indah...berbunga
dikelilingi peri yang menari...
memainkan kecapi dari gading
dan dawai emas bermahkota pelangi


Pohon itu indah...berbunga
diantara ranting-ranting
yang penuh putik dari permata
dan butiran salju mutiara


Aku berdiri ...
seorang peri datang mengajak menari
libatkan merpati
janjikan aku terbang memetik rembulan
dan bintang dilangit hati....


Aku berdiri...
pahit 
lalu berbisik pada gumpalan sepi....
" ini ilusi...  bawalah saja padaku kedamaian,
  bukan janji...." 

Semestinya



Semestinya...
aku dapat melihatmu walau dalam gelap
karena telah kutitip cahaya
yang berpendar disum sum
dan pori-pori kulitmu


semestinya
aku dapat menatapmu meski dalam pekat
karena telah kau beri janji
yang terukir diprasasti hati
dan didinding jari jemari 


tapi... dimana kau kini ?
tak dapat kulihat, 
tak dapat juga....kutatap
hingga malam menjadi kelu 
mengerjap
dan siang sunyi beku 
menguap
kau berjalan mundur 
berlalu tanpa mau tahu
bagai api meninggalkan gumpalan asap


ah...semestinya....
.....................................................
ataukah memang aku yang mudah... 
untuk diperalat ?


( betapakah seribu kali kata
menjadi tak berarti....
karena jiwa tak mau mengendalikan hati...)

Kamis, 23 Juni 2011

Patah sebagian

seekor rajawali terbang
badannya luka
sayapnya patah sebagian

tergenang gerimis merasuk dirinya
terasa pedih disekujur tubuhnya

digunung
......digunung.....
.......aku kembali...
digunung..
.......digunung....
.......tempat aku berserah diri

" melembut kasih telah aku lewati
menjaga sawahmu  wahai petani
dari tipuan hama
dari gangguan melata berbisa
dari jahatnya hati para tetangga
yang datang diam-diam
tanpa kau tahu 
tanpa kau sadari..."

"berbuih doa sarapanku setiap hari
bertarung jiwa  aku  telah kupenuhi
mencengkeram para melata
melempar jauh2 ganasnya bisa"

" tidakkah kau lihat..
aku datang melindungimu duhai sahabatku tani
walau aku tak mampu bicara
tapi aku punya hati"

" ketajaman kuku jariku
kejelian mata jiwaku
hindarkan kau dari segala rugi diri
takkah kau lihat  semua ini...
kenapa batu, tipuan dan rasa sakit
yang malah engkau hadiahi ?"

seekor rajawali terbang
badannya luka
sayapnya patah sebagian

ikhlasku untukmu
tapi luka hadiah darimu
tak mampu 
......untuk aku balik lagi..

di gunung, 
.......digunung
.......tempat aku berserah diri kini..

Ilalang, sunyi dan jalanan


aku pernah berteman dengan ilalang
duduk mentatap tariannya
melenggak lenggok diterpa desir angin  
.......menghibur jiwa

aku pernah berteman dengan kesunyian
bersama nyanyikan lagu sepi tanpa harmoni
tapi indah 
........merasuk 
memeluk hati

aku pernah berteman dengan jalanan
susuri tubuhnya kala lepas mata pelajaran
bersama kita cerita tentang angan dan harapan
tersenyum mentertawakan pahitnya kehidupan
" jalani tubuhku Hen, dengan roda2 kecil sepedamu..
tatap rumah-rumah besar itu...
suatu saat kaupun akan memiliki semua itu..." 

duhai, bertahun-tahun lepas kini kemudian
kala sunyi kembali datang....
aku rindu kau, ilalang dan jalanan
teringat saat kau temani diriku
bagai awan menemani langit
bagai daun menemani kelopak bunga pagi..
sapamu tulus
pelukanmu halus
janjimu tak pernah pupus....

selalu menghiburku dalam luka, ceria, senja dan sepi..
mungkin sampai saat kini
mungkin kita harus berteman seperti dulu lagi...
tulus
dan penuh ikhlas
.... dihati....




Keji

bernyanyilah
tutup semua telinga

tersenyumlah
jangan ragu walau telah meninggalkan luka

tertawalah....
peduli apa ? karena hari ini bergelas datang gembira

lalu setelah lelah..
katakanlah lagi...aku tak sengaja
ciptakan juga berjuta alasan semerbak bunga
dan berharap semua baik baik saja

(begitulah cerita cemin dirimu,
  keji
  senang menutup hati 
   .........walau ada yang tersakiti...) 

Jumat, 17 Juni 2011

Sudah waktunya

Dikuku jariku
aku menukar kelambu
......dengan rindu
lewat kitab yang tertulis
disejarah para Nabi
lewat lantunan syair
para pewaris pembina hati


bergegaslah jalan dan  jangan menoleh kebelakang
biarkan saja yang sudah berubah menjadi kembali tak mau berubah
biarkan saja yang sudah baik akhirnya kembali menjalani tipuan hari
biarkan saja yang sudah bersinar, kembali remang dibalut ucap pembelaan pembelaan
karena toh pesan telah diungkapkan
dan puzzle sudah diperlihatkan
jadi mau apa lagi duhai awan kenangan?


Dikuku jariku
aku menukar kelambu
berharap semua baik kembali
karena sudah waktunya
.......kita memperbaiki diri

Langkah hari

Memetik hari dari ranting hijau kehidupan
adalah diriku yang berjalan diatas selaksa harapan
menuai cahaya
meraih mimpi dari secangkir doa
yang tersapu helaan nafas kala  tangan mengusap muka..


cahaya,
bersemayamlah dikalbu
cita,
datanglah berkunjung dirumah hatiku


Hingga jika tinta ini tergores dilembaran langkah kaki
tak lagi harus aku berlari
disisi kereta yang tak pernah berhenti
Hingga jika udara ini terhisap dipembuluh nadi
tak lagi harus aku tersedak
melihat kau yang menukar kebijakan
untk sekedar mendapat pujian kecil
dan tebar godaan hati disana sini


cahaya,
pegang eratlah kedua tangan kalbuku
cita,
jadilah tamu yang tak pernah pulang dibilik jiwaku


memetik hari di ranting hijau kehidupan
Bismillah,
ikutlah bersamaku, 
karena jalanku adalah inti kesederhaan hati
yang bersemi dan berujung di kebahagiaan akhir nanti

Kamis, 16 Juni 2011

Di Dzuhur milikMU


Ya Allah
Berminggu sudah kucari jalanku
semua terjal 
semua berkunci pintu
bagai ilalang aku terbang 
terseret beliung angin..tak berdaya
kugapai malam memanggilmu dengan dada sesak
dan nafsu yang terbelenggu
tegar aku dalam hayat suara firmanMU
bening aku dalam sentuhan shalawat NabiMU
tapi belenggu ini begitu erat
rantai ini tetap mengikat
langkah ini kerap tersekat
wajah dan rupaku...berkarat...


begitu sulitkah aku gapai Engkau ya Tuhanku ?
begitu pekatkah awan hitam  memeluk perjalananku ?
begitu banyakkah noda telah kutumpahkan didalam gelas suciMU ? 
aku bertanya dalam diam dan seru
tanpa jawaban dariMU...
Lirih aku ya Allah...lirih jiwaku


Tapi Engkau Maha Ada
tak pernah diam melihat hambaNya berlama berduka 
hari ini, dizhuhurMU
Kau beri diriku cermin dalam kumpulan firmanMU
kau berikan perumpamaan siapa aku dihadapanMU
dan Kau beri aku jalan menujuMU


Kau buka lembar demi lembar perlakuanku
Kau  menyapaKu dengan caraMU


Ya Robbana...ya Robbana..
benar, akulah sihina dina itu
akulah si dzalim itu
akulah yang bernafas dalam kemunafikan itu...
akulah lelaki yang memujaMU sekaligus lalai pada diriMU
Sapa dan penjelasanMU ikhlas aku terima ya TuhanKU
karena Engkau begitu sayang padaku
karena Engkau begitu ingin membahagiakan aku
sehingga di dzuhurMU, lewat firmanMU 
Kau katakan  padaku...
"Datanglah kau dengan menyebut NamaKU..."
Kau katakan padaku...
" Dari segala keburukanku...tinggalkanlah semua itu
  bertakwalah padaKU...
  karena Akulah ALLAH...Tidak ada Tuhan selain diriKU 
  yang Maha Mengetahui secara apa2 yang tak terlihat maupun nyata
  yang patut Disembah..
  yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..."


ya Robbana...ampuni aku....
ya Robbana...ampuni aku...
ya Robbana...ampuni aku..


kupasrahkan semu nyawa dan jiwa ini kepadaMU..
jangan Kau tinggalkan aku barang sedetik dalam hidup dan kehidupanku..
aku menyembahMU ya Allah, aku meyembahMU ya Robbi
takdirkan aku ..untuk selalu menyembah dan takwa padaMU..
kabulkan duhai Robbana...kabulkan doa hamba  
sekali lagi...ampunilah dosaku, bimbinglah aku dikemudahan milikMU......


( KerajaanMu meliputi seluruh lapisan langit dan bumi
  KeMahaanMU tiada tertandingi...
  Padamu kami menyembah dan berserah diri...)


   

Biar


simponi ini bersulam serabut jiwa
mengayun lembut
untaikan nada nada dari negeri indah entah dimana
terpecah, tetapi tetap ada dalam nada
memburam, pastilah sudah..karena aku sudah tak ada

tak pernah terbayang
begitu cepat kau melebur kenangan
bahkan awanpun masih belum beranjak jalan
tapi sudahlah,
setiap detak jiwa memang berbeda
tak bisa kupaksa sama
dan biarkan waktu yang menghisap kabut luka

silahkan terus tertawa
bagimu indah, menari bersama dusta

Rabu, 15 Juni 2011

Ketika aku

ketika aku tulis puisi ini
purnama gerhana
ketika aku tulis puisi ini
resah menyapa
ketika aku tulis puisi ini
kau letih tertawa
dan aku....pedih diam tanpa kata
ketika aku tulis puisi ini
aku ingin bicara
tapi dimanakah kau, duhai jiwa ?.

Tuhan, maafkan aku



aku pernah berfikir bahwa aku hebat
tapi kini kutahu,
aku hanya sebutir pasir yang terombang dilaut luas
aku penah menyangka bahwa jiwaku kuat
belakangan aku tahu
aku lebih lemah dari daun kering yg terjatuh dari rantingnya
aku pernah berkata semesta bersamaku
dan kini aku menyadari
bahwa aku sendiri


aku kalah
aku menyerah
aku perih menengadah


Tuhan, maafkan aku
terkapar sudah aku.... dihadapanMU

Senja



senja..
ruang dadaku sesak
kamar hatiku beku
jiwaku terjaga tanpa tahu menatap apa


senja.
kemana mulut ini hendak berucap
ketika sejuta patah kata menjadi kering mendadak
kemana kaki ini melangkah jejak
ketika semua jalan terlihat diam tanpa jarak...

hanya padamu, senja,
sebelum matahari menutup pintu sejarah hari ini
katakan padaku
bahwa semua ini akan berakhir bahagia
bisikan padaku
bahwa semua ini hanyalah langkah menuju suka cita

sebab
aku merasa tak tahu lagi
harus berbuat apa...

karena sahabatpun kini aku tak punya


Sekali lagi senja...
katakan, aku harus berbuat apa..