Selasa, 19 Februari 2013

Satu ketika

  

Demikianlah, malam dan hujan selalu memberikan kerinduan yang baru,
Merepih pada pintu, 

kayu2 dermaga yg lapuk, 
jubah ombak 
dan gemerincing sisik ikan yg terperangkap dikapal nelayan tanpa kenangan...



Pada langit yg jatuh krn butiran gerimis, 
kau mendekap malam 
dan memintalnya menjadi rambut2 rakaat, 
menjelaskan bahwa sepi akan selalu setia memberi nama
pada cinta yang manis yg bersembunyi didalam kerinduan2 yang ajaib.
Membuat tangan dijiwamu terulur ke arah jendela, 

menjadi sungai 
dan pulang kembali kedanau 
tempat bulan bertapa memanggil2 nama pemiliknya yg baik hati.

Demikianlah, malam dan hujan selalu menuliskan keindahan2 yang baru.
Menjelaskanmu pada keluasan makna dua sahabat 

yg berjumpa di pertemuan dua buah sungai, bulan yang terbelah dua dan batu keras yang tiba2 memancarkan air, 
serta riuh kapak ditangan kekar sang Nabi yg membilah pepohonan menjadi perahu.

Pada langit yang jatuh karena butiran gerimis, 

sapu tangan dijiwamu terjatuh basah karena air mata.
Terangkum menjadi segelas nafas hari 

yg setiap pagi akan kau hidangkan, 
dengan tangan gemetar 
karena cinta yg ajaib tak pernah bisa diungkapkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar